Selasa, 08 Oktober 2013

Deklarasi Bali

Para pemimpin dan utusan 21 ekonomi APEC hari ini telah menyepakati "Deklarasi Bali" saat mengakhiri pertemuan puncak Konferensi Tingkat Tinggi Forum Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik itu. Dalam deklarasi itu mereka sepakat Asia Pasifik telah menjadi mesin bagi pertumbuhan global.

Salah satu yang digarisbawahi dari Deklarasi Bali adalah meningkatkan keterhubungan (konektivitas) antaranggota demi mengurangi biaya transportasi dan memperkuat rantai pasokan iklim bisnis di kawasan Asia Pasifik. Melalui KTT ini, APEC pun menegaskan dukungan mereka bagi Konferensi Tingkat Menteri Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), yang akan berlangsung di Bali Desember mendatang.

Kesepakatan pertemuan puncak KTT APEC itu disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Hotel Sofitel, Nusa Dua, Bali. Di hadapan 140 perwakilan media terpilih, SBY mengungkap selain harus meningkatkan konektivitas, juga ada enam poin Deklarasi Bali yang dia garisbawahi.

Kemudian, ujar SBY, di waktu yang bersamaan, semua anggota APEC harus terus meningkatkan infrastruktur untuk menciptakan lebih banyak lapangan kerja.

"Kami kembali menegaskan bahwa komitmen di antara negara anggota APEC tetap kuat, seimbang, berkelanjutan dan mendukung perkembangan perekonomian inklusif global," kata SBY.

Caranya, kata SBY, dengan memfasilitasi perluasan usaha kecil mikro menengah, wirausaha anak muda dan perempuan. "UKM merupakan tulang punggung bagi perekonomian Indonesia," imbuhnya.

Selain mendukung adanya konektivitas, diskusi selama dua hari di antara para pemimpin APEC juga sepakat mengadakan kerjasama di bidang ketahanan pangan dan air. Upaya-upaya ini, ujar SBY ditujukan untuk merespon adanya tantangan peningkatan populasi dan dampak dari perubahan iklim.  "Kami akan melihat permasalahan itu dengan cara holistik," ujarnya.

Lima poin lainnya antara lain menyangkut kolaborasi kerjasama antara pemerintah dengan sektor bisnis dengan memanfaatkan potensi Dewan Penasihat Bisnis APEC (ABAC) untuk mencapai tujuan perdagangan terbuka, mendorong kerjasama multilateral dengan berbagai kerangka arsitektur kemitraan lainnya seperti East Asia Summit dan G20, adanya peningkatan perdagangan intra negara anggota APEC dengan intra kawasan Asia Pasifik.

"Sistem perdagangan multilateral telah memberikan manfaat nyata bagi negara anggota APEC," kata dia.

Terakhir, para pemimpin negara anggota sepakat untuk meningkatkan upaya mencapai Deklarasi Bogor menjadi dua kali lipat di tahun 2020.

"Sejalan dengan komitmen itu, kami setuju untuk mengambil langkah lebih jauh dalam memberdayakan dan melibatkan serta membuka kesempatan terhadap berbagai pemangku kepentingan untuk berpartisipasi dalam APEC dan mengambil manfaat dari forum itu," ujarnya.

Usai menyatakan deklarasi ini, maka negara anggota APEC, kata SBY, harus menunjukkan kepada dunia bahwa forum kerja sama ini memiliki peranan penting di perekonomian global. Dia yakin negara anggota APEC akan berbagi tanggung jawab untuk menjalankan komitmen yang telah dibuat bersama.

Dalam kesempatan itu, SBY turut mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu suksesnya penyelenggaraan KTT APEC 2013, khususnya terhadap warga Bali.

"Saya mengucapkan terima kasih kepada warga Bali atas dukungan dan keramahan yang mereka tunjukkan selama KTT APEC berlangsung," ungkap SBY.

Sementara di Bandara Ngurah Rai, terlihat beberapa pemimpin negara anggota APEC sudah mulai meninggalkan tanah air. Sebagian langsung bertolak ke Brunei Darussalam untuk menghadiri KTT ASEAN dan East Asian Summit.

Beberapa kepala negara yang telah meninggalkan Bali antara lain, Filipina, China, Thailand dan Papua Nugini. Dengan berakhirnya KTT APEC 2013 di Bali, maka secara otomatis tongkat keketuaan beralih ke China, di mana KTT APEC 2014 akan diselenggarakan di sana.